Hai blogger :) jumpa lagi dengan saya. Kali ini saya akan menyajikan sebuah CERPEN (Cerita Pendek) karya saa sendiri. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang remaja yang tertatih-tatih menjalani kehidupannya yang berada digaris kemiskinan. Meskipun hidupnya sungguhlah sulit, tetapi ia melewatinya dengan penuh syukur dan menikmatinya hanya bersama ibunya tercinta.
inilah cerpen karya saya :)
Ibu,
Maaf Aku Tak Sempat Membahagiakanmu
Cahaya
mentari masuk menerobos bilik bambu rumah Tarjo, membangunkan Tarjo dari
tidurnya. Tarjo adalah seorang pemuda yang tak kenal rasa menyerah, mempunyai
prinsip yang sangat kuat dan sangat mencintai ibunya. Dia hidup bersama ibunya di sebuah rumah kecil
yang terbuat dari bambu. Rumah kecilnya terletak di pinggiran sungai di salah
satu kota ternama di Indonesia. Meskipun rumahnya kecil, dia tetap menganggap
rumahnya adalah surga baginya. Ayah Tarjo telah lama meninggalkan dia dan
ibunya karena ayahnya malu memliki
seorang istri yang cacat dan miskin. Ibunya mengalami cacat permanen di
wajahnya karena tersiram air panas yang mendidih beberapa tahun yang lalu.
Meskipun ibunya cacat, tetapi dia tetap menyayangi ibunya. Tarjo berjanji,
kelak dia akan membahagiakan ibunya dan merawat ibunya hingga akhir hayatnya.
Pagi-pagi
sekali, Tarjo membantu mengangkut sayuran di pasar untuk berjualan ibunya.
Seusai mengangkuti sayur, dia berangkat ke sekolah. Tarjo adalah seorang siswa kelas
2 di salah satu SMA negeri di sebuah kota ternama di Indonesia. Dia sangatlah
bersyukur, karena pemerintah memberikan gratis belajar selama 12 tahun,
sehingga dia bisa bersekolah. Tak lupa, Tarjo berpamitan kepada ibunya
“Bu, Tarjo berangkat dulu ya..
Assalamua’llaikum” katanya sambil mencium tangan ibunya
“Wa’alaikum
salam nak.. hati-hati ya dijalan, belajar yang rajin” kata ibunya sambil
mengusap rambut Tarjo
“Iya
bu” kata Tarjo sambil meninggalkan kedai kecil ibunya
Sesampainya disekolah, Tarjo lekas menuju ke kelasnya.
Dia tidaklah terlambat, karena letak kedai ibunya tak jauh dari sekolahnya. Dia
duduk sebangku dengan temannya yang bernama Ibnu. Tarjo merupakan siswa yang
berprestasi disekolahnya. Dia selalu mendapatkan ranking paralel disekolahnya.
Tak heran jika banyak teman-temannya yang syirik padanya. Setiap hari, Tarjo
mendapatkan cemoohan dari teman-temannya, dia tidak menghiraukan omongan
teman-temannya itu. Dia menganggap bahwa cemoohan itu hanyalah angin lalu.
Bel istirahat berbunyi, Tarjo tidak beranjak dari tempat
duduknya karena dia tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Dia hanya
mengerjakan soal-soal dan mengajari teman-temannya. Uang saku pemberian ibunya,
dia gunakan untuk menabung. Tabungan itu kelak digunakan Tarjo untuk menuju
bangku kuliah, karena dia ingin menjadi seorang astronot. Nasib Tarjo sangatlah
mujur, meskipun ia tak punya uang untuk membeli makanan tetapi teman-temannya
selalu memberinya makanan sebagai upahnya karena sudah mengajari
teman-temannya.
*****
Setiap
sore sepulang sekolah, Tarjo membantu ibunya untuk menggoreng gorengan. Ibunya adalah sesosok wanita yang tak kenal
rasa letih, dia rela bekerja membanting tulang demi anak satu-satunya yang
sangat ia cintai. Setiap sore Tarjo dan ibunya menjajahkan gorengan di
perkampungan tak jauh dari rumah kecilnya. Apabila senja telah berganti malam
dan gorengan mereka tak laku, maka mereka mengasihkannya kepada pengamen dan
pengemis yang lelah karena seharian mencari uang. Bagi Tarjo dan ibunya,
membantu dan berperilaku baik sesama makhluk ciptaan Tuhan adalah suatu
kewajiban, dan mereka melakukan itu setiap saat meskipun hidup mereka tak
berkecukupan.
Di
malam hari, Tarjo biasa menggunakan waktunya untuk membaca buku dan mengerjakan
tugas. Penerangan rumahnya didapatkan dari listrik tetangga. Setiap bulannya
dia harus membayar listrik kepada tetangganya. Uang tersebut didapatkan dari
jualan gorengan ibunya. Tarjo selalu memijiti ibunya apabila ibunya kelihatan sangat
kelelahan. Meskipun ibunya tak memintanya, ia selalu memijiti ibunya agar
ibunya tidak kelelahan melakukan aktifitas keesokan harinya. Di tengah hari,
Tarjo selalu melaksanakan sholat malam, dia selalu memanjatkan do’a untuk
keselamatan ibu dan dirinya, dia ingin cita-citanya terkabulkan. Cita-cita
Tarjo adalah menjadi seorang astronot dan mengibarkan bendera merah putih di
bulan, tentu saja hal itu diinginkannya untuk membahagiakan ibunya seorang.
*****
Setahun
berlalu, Tarjo telah menginjak kelas 3 SMA. Pada saat kenaikan kelas, dia telah
meraih peringkat 1 paralel di sekolahnya. Sebulan lagi, dia akan menghadapi
ujian nasional. Dia semakin giat belajar dan semakin tekun memanjatkan do’a dan
sembahyang. Dia tak berhenti membantu ibunya mengangkut sayur di pasar dan
berjualan gorengan meskipun ujian sudah didepan mata. Tarjo sangatlah hebat
dalam mengatur waktu. Tak kenal rasa letih mengejar cita-citanya.
*****
Ujian
telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Tarjo, hari diumumkannya
nilai ujian nasional. Semua murid dikumpulkan di aula untuk mendengarkan hasil
ujian nasional. Hati Tarjo berdegup kencang, badan Tarjo bergetar seiring
detik-detik diumumkannya nilai ujian. Nilai pun diumumkan... Alangkah
bahagianya semua siswa, mereka semua lulus 100%. Semua siswa merasakan
kebahagiaan dan betapa terkejutnya Tarjo, ia dipanggil untuk maju ke depan. Dia
tak tau mengapa hanya dia yang dipanggil ke depan. Tarjo bertanya-tanya didalam
hatinya
“Ya
Allah, kenapa hanya hambamu ini yang dipanggil ke depan? Ada apa ini ya Allah?
Tolong berikan hamba kabar yang baik ya Allah” katanya sambil berdoa dalam hati
Tarjo
pun melangkahkan kakinya menuju ke depan. Sang kepala sekolah pun memberikan
selamat
“Selamat,
Tarjo. Kamu adalah siswa yang telah meraih peringkat pertama di sekolah ini dan
juga di tingkat NASIONAL”kata pak kepala sekolah sambil memeluk tubuh Tarjo
yang bergemetar
Tarjo
pun menangis terharu mendengar kabar yang sangat bahagia itu
“Allahu
akbar ... Alhamdulillah ya Allah, Terima kasih ya Allah.”kata Tarjo sambil
bersujud syukur.
Tarjo berlari sekencang-kencangnya sambil menngis terharu
menuju kedai ibunya yang tak jauh dari sekolahnya. Dia tak peduli dengan
siapapun yang ada disekitarnya, dipikirannya hanya ibunya seorang. Sesampainya
di kedai sang ibu, ia langsung memeluk tubuh sang ibu yang sudah renta dimakan
usia. Dia menangis dipelukan sang ibu
“Ada apa anakku sayang? Mengapa kamu menangis? Apa yang
telah terjadi?” kata ibunya sambil memeluk dan mengelus rambut Tarjo
“Ibu, aku lulus dari sekolahku dan aku mendapatkan nilai
terbaik di sekolah dan di Indonesia, bu.”katanya sambil menangis terharu
dipelukan sang ibu
Mendengar kabar yang sangat menggembirakan tersebut, ibu
Tarjo langsung menangis terharu dan mencium kening sang anak
“Alhamdulillah.. ya Allah.. alhamdulillah ya Allah.”
tangis sang ibu sambil memeluk erat Tarjo seakan tak mau kehilangan anak
satu-satunya itu.
*****
Tarjo mendapatkan beasiswa menuju keperguruan tinggi
negeri. Dan ia pun mengambil jurusan astronomi. Karena ia ingin menjadi seorang
astronot yang bisa mengibarkan sang saka merah putih di bulan kelak. Hal itu
tentu saja diinginkannya hanya demi membahagiakan ibunya seorang.
*****
Seiring berjalannya waktu, ibu Tarjo mengidap penyakit
batuk yang tak kunjung sembuh.Ia menganggapnya hanya peyakit batuk biasa.
Meskipun badannya sudah tak sesegar dulu, ia terus bekerja demi anak
satu-satunya itu. Hari ini, adalah hari wisuda kelulusan Tarjo dari
universitasnya. Ibunya tak dapat menemani Tarjo yang sedang bergembira
tersebut, karena ibunya sedang tak enak badan. Tubuhnya yang mulai renta tak
kuat lagi berdiri, hanya berbaring dikasur tipis yang sudah tua.
Tak disangka, tak diduga Tarjo mendapatkan beasiswa untuk
kuliah S2 di luar negeri di universitas NASA Amerika Serikat. Alangkah
gembiranya Tarjo mendegarkan kabar tersebut. Dibalik kegembiraannya tersebut,
ada teman Tarjo yang sangat iri kepadanya dan ingin mencelakai Tarjo.
Petang hari, sepulang wisuda, Tarjo melewati gang kecil
yang sangat sepi. Ia berjalan dengan rasa gembira, tak sabar tuk megatakan hal
indah kepada ibunya. Tak disadarinya, ia dibuntuti oleh teman-temannya yang
syirik kepadanya. Dia disergap oleh teman-temannya itu, dipukuli hingga babak
belur
“Rasain tuh, mangkannya jadi orang jangan songong!!” kata
temannya sambil meremas leher kemeja Tarjo
“Ke..na..pa kalian, melaku..kan ini pa..da. ku?” kata
Tarjo sambil merintih kesakitan.
“Ahh.. loe banyak bacot. Loe sih jadi orang selalu
beruntung. Sekali-sekali loe rasain tuh sakit ! jangan sombong anjing !” teriak
temannya sambil berlari meninggalkan Tarjo sendiri
Sambil menahan rasa sakit, ia berjalan sempoyongan menuju
rumah kecilnya. Sungguh betapa terkejutnya Tarjo melihat bendera kuning
terpasang di rumahnya, dan banyak orang duduk didepan rumahnya memakai baju
hitam. Tarjo lekas berlari menuju ke dalam rumahnya sambil meneteskan air
matanya. Ia terkejut bukan main setelah melihat orang yang sangat dicintainya
itu terbujur kaku diatas dipan. Dia memeluk ibunya sambil menangis seakan tak
mau kehilangan ibunya
“Ibu... ibu... ibu... Maafkan Tarjo... Maafkan Tarjo tak
bisa membahagiakan ibu. Maafkan Tarjo tak sempat membawa ibu kerumah sakit.
Maafkan aku ibu” Tarjo merintih memeluk jenazah sang ibu
“Ibu... tarjo dapat beasiswa ke luar negeri. Ibu.. ibu..
ibu..” rintih Tarjo sambil menunjukkan surat beasiswa kepada sang ibu yang
terbujur kaku itu
“Sudahlah nak.. ibumu sudah bahagia di sisi-Nya. Ini ada
sepucuk surat dari ibumu sebelum ia meninggal.” Kata tetangganya yang juga
seorang pedagang sayur dipasar
Tarjo membaca surat pemberian ibunya. Surat itu berisi
tentang permintaan maaf ibunya kepada Tarjo karena tak sempat melihat anaknya
bahagia atas kelulusannya, meminta maaf karena ibunya tak sanggup menemani
Tarjo lagi dan ibunya berpesan kepada Tarjo “Jadilah orang yang berguna untuk
nusa dan bangsa, tetaplah tegar dan terus kejar cita-citamu, nak.”
*****
Seiring kepergian ibunya, Tarjo mengalami depresi. Dia
sangatlah bingung kemana kelak dia akan melangkah. Dia sendiri, tak ada orang
yang selalu mendukungnya seperti dulu. Tarjo pun ingat dengan pesan sang ibu..
akhirnya ia memutuskan untuk mengambil beasiswa tersebut. Untungnya ia masih
ada uang tabungannya dulu. Akhirnya Tarjo berangkat menuju Amerika Serikat dan
bersekolah disana.
*****
Waktu terus berjalan, impian Tarjo sekarang telah
terwujud. Ia telah menjadi seorang astronot dan dia telah mengibarkan bendera
merah putih di bulan. Dia sangatlah bahagia dapat mengibarkan bendera merah
putih di bulan. Hal itu dilakukannya karena rasa cintanya kepada Indonesia dan
cintanya kepada sang ibunda. Setiap hari ia selalu berdo’a kepada Tuhan agar
ibunya diberi kebahagiaan disisi-Nya dan meminta ampunan dosa karena ia tak
sempat membahagiakan sang ibu tercinta.
Sekian cerpen dari saya :) apabila ada kekurangannya, mohon dicomment dan saya minta maaf :) maklum masih pemula.
Wait the other story :)